Puasa dan Evaluasi Training Kick Patrick

CaptureSaat ini adalah bulan Syawal di mana setiap Muslim merayakan Hari Raya yang penuh makna, dimana sebagaian besar umat Islam selama sebulan masuk dalam pusat pelatihan yang bertujuan untuk menggembleng fisik, mental dan spiritual. Sehingga tujuan akhirnya adalah ketakwaan.

Seperti halnya dalam sebuah sesi training, terkadang ada peserta training yang memang bersungguh-sungguh mempersiapkan diri dalam sebuah sesi training. Jauh-jauh hari mereka mempersiapkan diri.

Ada juga yang biasa saja, bahkan tidak ada persiapan sama sekali.

Tujuan kenapa penting sebuah persiapan harus dilakukan adalah agar benar-benar peserta mampu menjalani sesi training sesuai dengan anjuran penyelenggara training.

 

Puasa melatih peserta untuk lebih bersabar, lebih tenang, dan mempunyai integritas. Integritas bermakna satunya kata dan perbuatan, kejujuran dalam bersikap dan berkata-kata.

Selayaknya sebuah sesi training, selepas dari training tersebut tentunya ada hasil yang di harapkan.

Untuk mengukur atau mengevaluasi training yang jalankan, metode pengukuran yang paling lazim adalah pendekatan Kick Patrick yang terdiri dari 4 level, untuk yang terakhir di sampaikan oleh Phillips, detilnya sebagai berikut:

  1. Level 1 adalah terkait dengan reaksi (reaction) atau pendapat peserta training yang diikuti. Menarik atau tidak, menyenangkan atau menyebalkan, trainernya OK atau enggak,
  2. Level 2 terkait dengan mengukur pengetahuan yang di dapat, atau Learning Growth. Biasanya saat baru memulai dan sesudah selesai ada semacam test yang disebut Pre & Post Test. Berapa besar pembelajaran secara kognitif dapat diukur di sini.
  3. Level 3 adalah apakah ada perubahan perilaku (Changing Behavior) sebelum, saat, dan sesudah mengikuti training. Perubahan ini dapat dilihat dari perbaikan cara berbicara, bersikap dan bertindak.
  4. Level 4 terkait dengan hasil financial yang diharapkan (Business Impact). Biasanya ini terkait dengan proses bisnis yang terjadi di organisasi. Training yang dilakukan diharapkan memberikan dampak positif terhadap pencapaian kinerja organisasi. Yang paling mudah diukur adalah hasil secara finansial.
  5. Level 5 atau terakhir adalah terkait dengan pengembalian investasi training yang dilakukan atau Return of Training Investment (ROTI).

 

Kembali pada pembahasan momentum puasa Ramadhan sebagai proses pendidikan dan pelatihan (Training), maka alat ukur level 3 adalah yang tepat, yaitu apakah ada perubahan perilaku yang terjadi selepas puasa.

 

Tidak dipungkiri bahwa banyak di antara “peserta” training Ramadhan tidak sepenuhnya menjalankan kegiatan Ramadhan secara konsisten. Bukan tentang puasanya, tapi tentang bagaimana menghidupkan Ramadhan. Walaupun sebenarnya dari indicator menjalankan puasa saja, banyak “peserta” yang tidak menjalankan puasa. Padahal mereka adalah peserta yang memang wajib menjalankan puasa. Dari sini saja kualitas integritas bisa dilihat dan dirasakan.

Selain puasa, “peserta” diharapkan menjalankan kegatan Ramadhan dengan sungguh-sungguh, seperti Shalat berjamaah, tadarus Al Quran, Shalat Tarawih, Itikaf dan kegiatan-kegiatan yang lain. Tantangan di kota-kota besar apalagi mereka para pekerja professional adalah manajemen waktu yang baik sehingga kegiatan-kegiatan Ramadhan tersebut dapat dijalankan dengan baik.

 

Nah sekarang Ramadhan sudah berlalu, mungkin selama Ramadhan kita tidak bisa secara penuh menjalankan ibadah-ibadah Ramadhan. Sekarang yang bisa dilakukan adalah bagaimana Ramadhan yang sudah berlalu tersebut memberdikan dampak yang positif terhadap perilaku, perkataan dan ketaqwaan kita.

 

Pertanyaannnya adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran pentingnya sebuah perubahan dalam diri kita pasca Ramadhan? Seberapa penting perubahan lebih baik dalam diri kita dari waktu ke waktu?

Sementara waktu terus berjalan, usia terus bertambah, dan jatah usia kita semakin lama semakin berkurang. Dan kita juga tidak tahu kapan Allah memanggil kita untuk kembali kepada Nya.

 

Oleh karena itu, mari kita hidupkan kembali ibadah-ibadah di Ramadhan yang kita lakukan, kita giatkan lagi di bulan-bulan biasa. Bagi yang sudah sepenuh hati menjalankan ibadah Ramadhan, mari kita lanjutkan di bulan-bulan berikutnya, bagi yang ternyata banyak “kalahnya” di bulan Ramadhan, 11 bulan berikutnya tidak harus kalah. Justru ini momentum buat kita untuk menjaga ritme keimanan kita bisa menjadi lebih baik lagi. Ramadhan kemaren boleh saja kita kalah, tetapi sekarang kita harus menang, menenangkan hari, pikiran dan perasaan kita dari perbuatan yang tercela.

 

Komitmen memang butuh konsisten, dan untuk terus konsisten kita juga butuh komitmen….

 

Jadi perubahan hasil training apa yang Anda ingin dapatkan ?

Posted on 3 July 2017, in Artikel, Hikmah, Pendidikan, SDM, Training. Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a comment