Kejahatan Seksual Pada Anak

sexabuseHari-hari ini kita sedang mendengar, melihat, dan merasakan sesuatu yang sangat miris di Indonesia, yaitu maraknya pemberitaan tentang kejahatan seksual pada anak. Bermula dari kasus di salah satu sekolah Internasional di Jakarta, kemudian kasus pelecehan yang jumlahnya puluhan datang dari Sukabumi, belum lagi kejahatan seksual lain yang ada di sekolah dan lembaga pendidikan (formal maupun non formal).

Hampir 5 tahun menekuni dunia hipnoterapi, ada beberapa kasus penyimpangan seksual yang saya tangani. Diantaranya adalah penyimpangan orientasi seks, yaitu menyukai sesama jenis. Dari eksplorasi yang saya lakukan, ternyata banyak dari mereka di usia anak-anak dan remaja pernah mengalami kejahatan seksual. Mulai dari pernah dikerjain teman-teman diwaktu bermain dulu, dimainkan alat vitalnya, sampai tindakan sodomi. Dan hal mengerikan terjadi untuk kasus yang terakhir yang saya sebutkan, tindakan itu dilakukan oleh orang-orang yang yang dikenal, terdekat, atau bahkan orang yang punya otoritas dan dihormati.

Dari berita yang saya ketahui, para pelaku tindakan sodomi itu juga katanya pernah diperlakukan yang sama di masa kecil. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana efek perbuatan seseorang yang melakukan sodomi bahkan dengan jumlah puluhan anak, bukan tidak mungkin mereka yang seakarang menjadi korban, dimasa yang akan datang akan menjadi pelaku. Dan itulah kenapa recovery secara mental perlu dilakukan sedini mungkin. Agar pikiran bawah sadar (subconscious) anak tidak tercemari dengan perilaku kekerasan seksual tersebut.

Hal lain yang perlu dilakukan pemerintah adalah membatasi tayang di televisi yang menampilkan cara bicara, perilaku, dan dandanan seperti bencong, banci, dan sejenisnya. Para alay yang menjadi penonton acara-acara TV, baik musik maupun lawak joged dan sejenisnya, banyak didapati mereka yang berperilaku seperti kebanci-bancian. Mereka melihat banyak artis, MC, dan selebriti terkenal menampilkan kebanci-bancian. Akhirnya muncullah sebuah anggapan, “oh… kalo mo terkenal gw harus mau dan berani tampil kebanci-bancian”. Dan ketika anggapan itu berubah, bertransformasi menjadi sebuah keyakinan yang berkembang di masyarakat, hal itu akan menjadi sesuatu yang wajar dan biasa. Dan semakin banyaklah para remaja (alay) yang akhirnya memodel perilaku tersebut.

Apa yang bisa dilakukan orang tua?

Coba ajak bicara, diskusi tentang tayangan televisi, berikan informasi yang tepat terkait dengan pendidikan seks, dan segera menghubungi psikolog atau hipnoterapis jika anak-anak Anda menunjukkan perilaku yang aneh.

Semoga bermanfaat. Prigen – Pasuruan, 12 Mei 2014

Posted on 12 May 2014, in Artikel, kesehatan, Pendidikan, terapi and tagged , , , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a comment